Cerita Ngentot Dewasa

Sunday, December 26, 2010

Cerita Sex Dewasa Terbaru

Cerita sex dewasa khusus terbaru ini - ini muncul karena ulah sales promotion girl(SPG ) sombong yang menjaga pameran otomotif di salah satu mall  di kotaku.
Koleksi Cerita Sex Mobile
Pada waktu itu aku dan teman-temanku (berempat) sedang jalan-jalan ke mall  itu, lalu kami melihat ada pameran mobil di sana. Iseng-iseng aku dan teman-teman melihat mobil-mobil yang memang keren-keren itu, meskipun penampilan kami memang sangat jauh dengan pengunjung-pengunjung lainnya yang rapi-rapi. Sekalian cuci mata juga, soalnya para sales promotion girl(SPG )-nya cantik-cantik dan putih-putih serta mulus-mulus, mereka memakai rok mini yang benar-benar serasi dengan tubuh mereka yang langsing dan tinggi, kaki mereka yang jenjang sangat indah dipandang dari ujung kaki sampai ke paha yang terbalut rok mini ketat warna merah. Wajah mereka yang rata-rata Indo seperti bintang sinetron sangat menyenangkan untuk dipandang, memang sangat cocok untuk mendampingi mobil-mobil mewah yang sedang dipamerkan. Sambil melihat, kupegang-pegang saja mobil yang di pamerkan dan kucoba membuka dan metutup salah satu pintunya.

Tiba-Tiba..., Mas, tolong kalau mau lihat ya dilihat saja, jangan dipegang-pegang, nanti harus dibersihkan lagi, aku menoleh ke arah teguran itu berasal, ternyata teguran tersebut berasal dari salah seorang sales promotion girl(SPG ) yang cantik, meskipun aku tersinggung, aku sempat tertegun melihat paras dan body cewek sales promotion girl(SPG ) yang satu ini. Wajah sales promotion girl(SPG ) yang ini seperti campuran Indo Belanda, kebarat-kebaratan seperti itulah. Masih setengah sadar, sales promotion girl(SPG ) itu ngomong lagi, Tolong minggir dulu ya.. ini ada pembeli yang mau lihat. Aku menoleh ke sekitar, Mana pembelinya.. pikirku, yang ada masih lihat-lihat mobil di sebelah, kali ini aku serasa benar-benar dilecehkan oleh sales promotion girl(SPG ) itu, dalam pikiranku, Sombong sekali cewek satu ini... padahal kan dia juga sebagai penjaga, belum tentu bisa beli mobil itu juga.

Sambil berpikir begitu, tak terasa aku bertatap pandang dengan gadis sales promotion girl (SPG ) itu, yang lebih mengesalkan wajahnya seakan-akan melihatku sebagai makhluk yang tidak sepantasnya berdiri di situ. Kulihat juga senyumnya yang benar-benar menyebalkan, seolah-olah menantang dan sudah menang. Seraya tersenyum aku minggir juga. Ayo, cabut! aku mengomando teman-temanku dengan nada yang masih kesal karena pelecehan tadi. Aku langsung mengarahkan mereka ke tempat parkir dengan tidak menyembunyikan wajah yang kesal. Mobil Espass kami pun meluncur. Sepanjang perjalanan, kami terdiam, teman-temanku tahu aku masih kesal, jadi mereka agak malas ngomong. Setelah beberapa saat Aris yang memegang kemudi memecah kesunyian, Kenapa lu? masih kesal sama sales promotion girl(SPG ) itu? tanyanya kepadaku. Belum sempat aku menimpali, Lukman buka suara, Lu nggak remas aja bokongnya, biar tau rasa dia. Tawa mereka berderai, tapi aku masih diam, melihat gelagatku yang tidak bisa diajak bercanda, teman-temanku ikutan diam. Tiba-Tiba Mamat mengeluarkan ide bagus, Eh.. gimana kalo kita culik aja tuh cewek! Hatiku yang kesal ini bagaikan mendapat siraman air yang menyegarkan, Betul juga, pikirku, Biar ntar dia rasain gimana akibatnya kalau melecehkan aku Aku tersenyum menyeringai ke arah Mamat, dan kami langsung memutar mobil ke arah mall  itu lagi. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, mulai terlihat karyawan-karyawan dari mall  tersebut keluar untuk pulang.

Kami dengan sabar menunggu di depan mall  itu sambil mengawasi orang-orang yang keluar. Gimana kalau keluar dari samping pertokoan? tanya Lukman. Ah.. ya berarti nasibnya beruntung, jawabku cepat. Itu! itu! Mamat setengah berteriak menunjuk ke suatu arah. Mata kita semua langsung menjelajah ke arah yang ditunjuk Mamat. Bagus! pikirku ketika melihat si sales promotion girl(SPG ) berjalan keluar mall  untuk mencari kendaraan. Dia bersama seorang temannya yang kelihatannya sales promotion girl(SPG ) juga, sudah mengenakan sehelai kain untuk menutupi roknya yang mini, mereka berjalan menelusuri trotoar, rupanya rute angkutannya bukan di jalan ini. Kami segera membuntutinya pelan-pelan sampai mereka berhenti di perempatan yang sudah dikuasai oleh banyak angkota. Mereka langsung masuk ke salah satu bemo yang ada, begitu bemo tersebut berangkat, kami pun langsung mengikutinya.

Sampai di sebuah jalan, yang untungnya sepi sehingga sangat mendukung operasi kami ini, si sales promotion girl(SPG ) turun. Tidak sedikit pun dia menaruh curiga bahwa sebuah mobil telah mengikuti angkutannya sejak tadi. Setelah bemo tersebut meninggalkannya cukup jauh, kami mulai mendekati sales promotion girl(SPG ) itu yang kelihatannya masih harus berjalan kaki untuk mencapai rumahnya. Tanpa buang-buang waktu Aris mensejajarkan mobil kami di samping sales promotion girl(SPG ) itu dan Mamat langsung membuka pintu samping Espass. Kulihat sales promotion girl(SPG ) tersebut terkejut melihat ada mobil yang sangat dekat dengan dirinya, dan tanpa disadari tangan Mamat sudah merenggut tangan dan menarik tubuhnya ke dalam mobil. Srreeekkk..., pintu samping ditutup, mobil kami langsung melaju tanpa bekas, sementara si sales promotion girl(SPG ) masih kebingungan dan akan berteriak, tetapi dengan sigap Lukman langsung menutup mulutnya sehingga yang terdengar hanya gumaman. Si sales promotion girl(SPG ) mencoba meronta, namun sebuah pukulan ditengkuknya yang diluncurkan oleh Mamat membuatnya langsung pingsan. Aku menoleh ke belakang, Lukman dan Mamat tersenyum memandangku seolah-olah ingin menyatakan bahwa operasi penculikan sudah berhasil. Kulihat kain yang menutupi rok mininya tersingkap, dan meskipun di dalam mobil gelap, aku masih dapat melihat pahanya yang mulus. Mamat pun tak tahan langsung memijat dan meraba paha yang mulus itu. Mobil kami langsung meluncur ke rumah Aris yang memang kosong dan biasa sebagai tempat kami berkumpul. Setelah sampai dan memarkir mobil di garasi, kami menggendong sales promotion girl(SPG ) yang masih pingsan itu ke dalam kamar.

Di sana kami mengikatnya pada kursi kayu yang ada. Aku duduk di ranjang menghadap sales promotion girl(SPG ) yang masih lunglai itu yang terikat di kursi kayu. Teman-temanku kelihatannya memang menghadiahkan sales promotion girl(SPG ) itu ke padaku untuk diperlakukan apa saja. Mat... ambilin air. Mamat keluar kamar dan tak lama masuk dengan segelas air yang disodorkan kepadaku. Aku berdiri dan menyiramkan pelan-pelan ke wajah sales promotion girl(SPG ) itu. Ketika sadar, sales promotion girl(SPG ) itu terlihat sangat terkejut melihatku di depannya, Kamu... katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tubuhnya terikat erat di sebuah kursi. Kali ini aku yang tersenyum, senyum kemenangan. Mau apa kamu? masih dengan sombong sales promotion girl(SPG ) itu bertanya setengah menghardik kepadaku. Kalau kamu macam-macam, aku akan teriak, lanjutnya lagi. Aku hanya tersenyum, Silahkan saja teriak, nggak bakal terdengar kok, kataku sambil menyalakan tape si Aris, kebetulan lagunya dari band Metallica, Unforgiven, kusetel agak keras, meskipun aku yakin bahwa kamar Aris letaknya terisolir, jadi tidak mungkin teriakannya didengar orang lain. Ketakutan mulai terlihat di wajah sales promotion girl(SPG ) itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hatiku masih belum padam, aku ingin memberinya pelajaran!. Siapa namamu? tanyaku dengan nada datar. Anita , jawabnya. Ampun Mas, maafkan aku, aku disuruh boss untuk bersikap begitu, katanya seolah membela diri. Tidak peduli dengan pembelaan dirinya, langsung kusibakkan kain yang menutupi roknya, lalu dengan kasar kutarik roknya hingga ke pangkal paha. Anita  menatapku ketakutan, Jangan, jangan Mas... ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.

Lagi dengan kasar kutarik bajunya sehingga kursi yang didudukinya bergeser dan kancing bajunya hampir lepas semua. Terlihat oleh kami bulatan toked yang masih tertutup BH berwarna putih. Tak tahan melihat itu Aris dan Mamat yang berdiri di sampingnya langsung meremas-meremas toked itu. Anita  sangat ketakutan, ditengah ketakutannya dia berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu kita. Jari-jariku langsung meraba secara liar daerah liang vaginanya yang masih tertutup CD, mengelus dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk. Tidakkk.. tidakkk.. Anita  berkata lirih seolah ingin menolak takdir. Breetttt... breettt... kubuka dengan paksa seluruh baju Anita sehingga yang terlihat hanya BH dan CD-nya saja. Naikkan ke atas meja, kataku, serta merta ketiga temanku langsung bekerja sama memegangi Anita  dan mengikatnya di atas meja. Anita  meronta-ronta sekuat tenaga namun tentu saja usahanya tidak mampu melawan tiga tenaga cowok. Sekarang dia sudah terlentang di atas meja dengan tangan terikat di sudut-sudut meja, kedua kakinya agak menjulur ke bawah karena mejanya tidak cukup panjang, namun kami mengikatnya secara terpisah pada dua kaki meja. Kami sendiri posisinya sekarang di samping tubuhnya. Lalu dengan sekali tarik kulepas BH-nya dan menonjollah dua bagian tokednya yang cukup padat berisi. Sekarang kami melihat sebuah tubuh yang putih mulus dan langsing dengan tonjolan toked yang bergoyang-goyang karena Anita  masih berusaha meronta. Karena meronta, terlihat CD-nya yang agak transparan semakin mengetat memperlihatkan lekuk-lekuk liang vaginanya. It's showtime! teriakku yang disambut oleh kegembiraan teman-temanku dan wajah ketakutan Anita . Aku langsung mengambil beberapa karet gelang, lalu kulingkarkan di toked Anita  sampai terlihat mengeras dan merah. Aduhhh... erang Anita , masih kutambah penderitaannya dengan menjepitkan jepitan yang biasa digunakan Aris untuk alat elektronik, bentuknya bergerigi dan terbuat dari logam tipis yang di-chrome, kujepitkan di kedua puting susunya. Aduhhh.. ahhh.. aduuhhh Anita  mengerang kesakitan

. Aris lalu memberiku sebuah alat seperti pecut, yang terbuat dari beberapa tali tampar kecil sekitar 5 buah yang salah satu ujung-ujungnya dijadikan satu pada sebuah pegangan dari rotan. Entah untuk apa alat ini biasanya digunakan Aris, pikirku, tapi peduli apa, yang penting sekarang benda ini ada gunanya.Jangan.. ampunnn Mas... pinta Anita , melihat aku mengibas-ngibaskan pecut itu. Aku tersenyum sadis, lalu tanganku kuangkat dan sebuah pecutan kuarahkan ke tokednya. Ctasss... Tubuh Anita menggelinjang, dan buah dadanya langsung bergoyang ke kanan ke kiri menahan sakit. Aduhhh... teriaknya sambil menitikkan air mata. Beberapa garis merah terlihat di kedua buah dadanya, di sekitar puting. Lagi? tanyaku kepada Anita , yang tentu saja dijawab dengan gelengan kepala, Ampunnn.. ampunnn tolonggg... rintihan bercampur tangis Anita  menjadi satu. Tanpa rasa iba pecut kuayun lagi, kali ini sasarannya adalah pahanya. Mmmpphhh... Anita  menggigit bibir bawahnya menahan sakit.

Sekali lagi kuayun pecut itu, sekarang ke arah pusar, garis-garis merah segera menghiasi tubuh Anita . Entah aku sangat menikmatinya sehingga tak terasa sudah beberapa ayunan pecut mengarah ke tubuh Anita . Tubuhnya terlihat bergetar, menggelinjang menahan sakit dan perih. Wajahnya yang basah oleh air mata dan keringat sudah benar-benar menunjukkan penderitaan. Tapi aku masih belum puas. Kulihat teman-temanku, ketiganya tersenyum seakan memberikan dukungan kepadaku untuk terus menyalurkan hasratku. Kudekati telinga Anita , dia yang sudah ketakutan padaku, dia berusaha menjauhkan kepalanya, mungkin dikiranya aku mau menggigit telinganya.

Kubisikkan sesuatu di telinga Anita , Anita , gimana kalau kita ganti alatnya, sekarang pakai ikat pinggang saja ya, bisikku sambil menyeringai sadis. Anita  menunjukkan ekspresi terkejut setengah tidak percaya bahwa dia akan menerima siksaan yang lebih hebat. Ampun... lepaskan saya... ibanya meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya. Kubuka ikat pinggangku yang terbuat dari kulit, kulilitkan sebagian pada telapak tanganku, Anita  melirikku dengan ketakutan yang amat sangat, nafasnya tersenggal-senggal meskipun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengaturnya. Mungkin dengan mengatur napas dia berharap sabetan ikat pinggangku tidak akan terlalu sakit. Kuangkat tinggi tanganku dan kuayunkan dengan keras, Anita  memejamkan matanya, saat ikat pinggangku mendarat di pahanya terdengar meja yang ditiduri Anita  agak berderit karena tubuh Anita  secara spontan bergetar keras menahan sakit. Ahhh.. ampun.. ampun.. hahhh.. hahhh.. Anita  berkata tersendat-sendat. Kali ini bukan hanya garis merah yang tampak, tetapi semacam jalur merah tercetak di paha Anita . Ceplasss... Ceplassss... sabetan ikat pinggangku semakin liar menghujani tubuh Anita . Anita  sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya menggeleng ke kiri ke kanan menahan penderitaan yang kuberikan. Puas dari samping, Bagaimana kalau pukulan yang mengarah langsung ke liang vaginanya? pikirku. Lalu aku mulai menyobek CD-nya dan minta kepada dua temanku untuk melepaskan ikatan kaki Anita dan mengikatnya kembali pada posisi menekuk ke atas dan mengangkang, sehingga liang vaginanya terbuka lebar. Anita  berusaha meronta dan menutup liang vaginanya dengan kakinya, namun ikatan kami cukup erat sehingga kedua kakinya tidak bisa mengatup. Persis menghadap liang vaginanya, aku mengelus-elusnya sambil tersenyum sinis. Anita  mengangkat kepalanya dan menatapku dengan pandangan nanar.

Aku mulai menjauh, ikat pinggang mulai kuputar-putar, lalu..., Ceplasss... ikat pinggang itu mendarat dengan tepat di bibir liang vagina Anita . Kali ini Anita  meronta-ronta dengan sangat dan cukup lama, tampaknya dia sangat kesakitan, kepalanya ditengadahkan ke atas sembari mengguncang-guncangkan bokongnya di atas meja. Aku berjalan ke sampingnya, Lagi? tanyaku seolah tak menghiraukan penderitaannya. Anita  tidak mengatakan apa-apa, kelihatannya dia sudah pasrah. Aku tersenyum penuh kemenangan, kusentuh bibir liang vaginanya yang tentunya masih pedih, Anita  menggelinjang, tak peduli kugesek-gesekan jariku di liang senggamanya, tubuh Anita  terus menggelinjang. Sakittt.. sakittt.. gumamnya lirih. Seolah tak peduli, kembali aku mengambil dua jepitan, dan kujepit di kedua bibir liang vagina yang memerah itu. Anita  menatapku dengan pandangan tak percaya akan kesadisanku. Oke, kataku, Tidak ada lagi pukulan..., Anita  diam saja tanpa ekspresi, ...tapi sekarang waktunya bermain lilin, lanjutku sambil menyunggingkan senyum. Kali ini Anita  menolehkan wajahnya yang layu, berkeringat dan basah karena air matanya. Bisa kubaca dalam pikirannya, Oh.. apa lagi yang akan diperbuatnya pada tubuhku.. malangnya nasibku... Memang di kamar Aris ada beberapa lilin untuk jaga-jaga jika lampu mati, ada yang kecil dan ada juga yang besar supaya awet. Kuambil Zippo-ku, kunyalakan satu lilin yang kecil. Lidah api menari berputar-putar melelehkan batang lilin yang menahannya. Menembus lidah api itu, kulihat pandangan Anita  yang berharap aku hanya bercanda. Kujawab dengan pandangan juga yang menyatakan bahwa aku serius. Segera lilin yang kupegang kumiringkan di atas toked Anita .

Kulihat ekspresi Anita  yang memandang lekat batang lilin yang terkena nyala api, pandangannya seolah berharap agar lilin tersebut tidak meleleh atau apinya tiba-tiba mati. Tapi tentu saja itu tidak terjadi, yang terjadi adalah tetesan pertama jatuh dan menetes di atas puting susu Anita  sebelah kanan. Hhhh... Anita  mendesah, punggungnya terlihat bergerak ke atas menahan panas lilin yang meleleh. Tetesan demi tetesan bergerak jatuh, dan Anita  terlihat semakin kesakitan karena tetesan tersebut jatuh di tempat bekas pecut dan sabetan ikat pinggangku tadi. Tiba-tiba teman-temanku ikut bergabung, mereka semua memegang lilin bahkan tidak hanya satu tapi tiga atau empat sekaligus. Mereka dengan gembira meneteskan ke bagian-bagian sensitif Anita , seperti buah dada, pusar, sekitar liang vagina dan paha. Kali ini Anita  seperti ular kepanasan, dia meliuk-liukkan tubuhnya menahan panas tetesan lilin. Seperti biasa, setelah puas pada bagian tubuh Anita , aku pun mengambil sebuah lilin dengan diameter yang besar dan menyalakannya. Setelah menunggu agak lama supaya lelehan lilin cukup banyak di atas lilin itu, aku kembali mengelus-elus liang vagina Anita . Anita  langsung berkata, Tidakkk.. jangan.. jangan Mas..., aku pun tersenyum penuh nafsu mendengar nada yang memelas itu. Tapi tetap saja lilin yang besar itu kumiringkan di atas liang vagina Anita , Anita  berusaha mengelak dengan menggeser bokongnya, Pintar juga dia, pikirku, tapi karena lelehan lilin ini masih banyak, dengan leluasa aku menaburkan tetesan-tetesannya ke liang vaginanya. Tak ayal bagaikan lahar panas tetesan tersebut mengalir ke liang vagina Anita  dan mungkin ke dalamnya. Errrggghhh... gumam Anita , dia langsung menggoyang-goyangkan bokongnya dan menengadahkan kepalanya menahan panas dan sakit, dengan mulutnya yang menggigit rapat dan matanya terpejam erat. Kemudian kucoba untuk memasukkan sebuah lilin kecil ke anusnya, sulit sekali karena anusnya begitu rapat, aku memasukkan jariku terlebih dahulu dan menggesek-geseknya agar anusnya membesar. Aduh.. aduh.. ucap Anita , tapi aku tidak peduli, setelah anusnya membesar mulai kutancapkan sebuah lilin di anusnya.

Dan ide cemerlangku muncul lagi, kunyalakan lilin yang menancap itu dan setelah cukup lama, kutiup apinya dan kubalik, jadi yang menancap adalah bagian yang barusan menyala. Jesss... bunyi panas lilin bercampur dengan cairan yang keluar dari anus Anita . Tentu saja Anita  menggeliat kesakitan, bokongnya dibentur-benturkannya ke meja seakan ingin melepaskan lilin yang menancap di anusnya. Aku tersenyum senang sambil kumasuk-keluarkan lilin tadi di anus Anita . Karena sudah puas menyiksa Anita , aku kasih kesempatan kepada teman-temanku untuk menyetubuhinya. Teman-temanku begitu gembira, mereka langsung beraksi, sementara aku melihat pertunjukkan ini dengan kepuasan total. Mereka melepas ikatan Anita  yang sudah tidak berdaya itu, lalu tubuhnya dibalik dan bokongnya ditarik ke atas sehingga dalam posisi menungging. Aku melihat Anita  diam saja, mungkin dia sudah capai dan pasrah serta tidak punya harapan hidup lagi. Wajahnya yang cantik terlihat sangat lesu dan seolah-olah siap diperlakukan apa saja. Mamat dengan tubuhnya yang besar mulai membuka celana dan melakukan penetrasi, langsung sodomi. Anita  membelalak tak menyangka bahwa ada benda sebesar itu yang harus masuk ke anusnya. Belum selesai dia menikmati penderitaan karena ulah Mamat, Aris langsung menyelinap ke bawah tubuh Anita  dan berusaha memasukkan kontolnya ke liang vagina Anita .

Anita  melolong kesakitan karena anus dan liang vaginanya yang sudah lecet dan perih terkena sabetan ikat pinggang dan tetesan lilin, masih harus bergesekan dengan kontol teman-temanku. Tubuhnya terguncang ke depan berulang-ulang setiap kali Mamat dan Aris menghunjamkan kontolnya. Tokednya berguncang keras persis di atas wajah Aris yang dengan penuh nafsu meremas sekuatnya. Masih tersiksa dengan keadaan begitu, Lukman mengeluarkan kepunyaannya dan minta dikaraoke oleh Anita . Rintihan Anita  menjadi tersendat-sendat karena tersedak dan batuk, Lukman bukannya kasihan malahan dia semakin terangsang sehingga dia menghunjamkan kontolnya ke mulut dan tenggorokan Anita  berulang-ulang. Aku tersenyum saja melihat kelakuan teman-temanku yang brutal, lalu kudekati Anita  sambil berkata, Anita .. punggungmu masih mulus lho.. aku cambuk ya... Karena tidak mungkin menggunakan pecut dan ikat pinggang sebab bisa mengenai Aris yang berada di bawah tubuh Anita , maka aku menggunakan rotan yang tadi sebagai pegangan untuk pecut, rotan ini ujungnya memecah sehingga sangat cocok untuk menimbulkan rasa sakit. Segera kuraih rotan itu dan kupukulkan berulang-ulang ke punggung Anita . Tubuh Anita  terlihat menggelinjang dan menggeliat seiring dengan hujaman-hujaman yang diberikan oleh Mamat, Aris dan Lukman serta siksaan cambukan rotan dariku.

Mamat yang melihat punggung Anita terkena pukulan rotanku sangat terangsang dan segera memuntahkan maninya ke liang dubur Anita , lalu dia pun mencabut batang kemaluannya. Karena bokongnya kosong, atau tidak ada orang, aku pun dengan leluasa memukul bokongnya dengan rotan. Kulihat Anita  sangat menderita, bokong yang baru saja dimasuki paksa oleh Mamat masih harus menerima siksaan rotanku. Giliran Lukman yang ejakulasi, maninya langsung menyemprot ke tenggorokan Anita , membuatnya menjadi sulit bernafas dan seperti mau muntah. Melihat begitu semakin keras kupukulkan rotan ke bokongnya, bahkan ke belahan bokongnya. Tiba-tiba Anita  lunglai, kelihatannya dia tak tahan lagi menerima siksaan kami, dia pingsan. Aris yang belum selesai masih terus melakukan aksinya, sehingga tubuh Anita  yang pingsan itu terguncang-guncang ke sana ke mari, akhirnya Aris pun mencapai puncaknya dan menyemprotkan air maninya di dalam liang vagina Anita  yang masih pingsan. Aku sendiri sudah merasa puas dengan balas dendamku ini. Kami berempat tertawa dan puas.

Kami lalu membawa tubuh Anita  untuk dibuang, sebetulnya kami ingin menyimpannya untuk kenikmatan sehari-hari tetapi terlalu beresiko. Akhirnya tubuh Anita  kami lempar di depan mall  tempat dia bekerja. Aku tersenyum puas karena sudah memberi pelajaran kepada sales promotion girl (SPG ) yang sombong itu, tapi dalam hati aku merasa ketagihan untuk menyiksa sales promotion girl(SPG ) yang lain, kusampaikan ini ke teman-temanku dan mereka semuanya setuju untuk suatu waktu menculik dan menyiksa sales promotion girl(SPG ) yang lain.

Sunday, October 3, 2010

Koleksi Cerita sex Dewasa | Mippin feed validation KEY=5243bc17

cewek di http://ngentot.prohost.mobi

Baca koleksi cerita sex dewasa di mobile   

Ini adalah kisah nyata, namun saya tidak akan menceritakan secara rinci, karena saya tidak mau seseorang yang kenal dengan salah satu pribadi yang ada di dalam cerita Ini dapat mengetahuinya.Sebenarnya peristiwa ini terjadi di tahun 1997, saat itu usia saya sudah 23 tahun.
Saya mengalami percintaan dengan sepasang lesbi, sebut saja Rina (23 tahun) dan Rini (21 tahun). Saat itu aku baru kenal dengan Rina di lokasi syuting sebuah film percintaan yang kebetulan aku menjadi pemeran utama prianya bersama 3 pemeran utama wanita yang salah satunya Rina itu. Berhubung karena dua pemeran utama wanita lainnya sudah punya pacar dengan sering datang ke lokasi syuting, hal ini menjadikanku lebih akrab dengan Rina.
Kami sering bicara tentang apa saja kecuali relationship. Sampai suatu hari, di saat kami sedang berduaan di kamar rias, aku berhasil mengarahkan pembicaraan tentang seks. Namun dia tidak banyak bercerita, hanya banyak bertanya dari apakah aku pernah berhubungan seks, berapa banyak, dengan berapa orang, pernah ‘jajan’, sampai gaya yang kusuka.
Sampai suatu hari, dia mengajukan pertanyaan yang membuatku bingung.
“Di, aku perlu bantuan kamu, tapi kamu bisa pegang rahasia nggak..?”
Aku pun langsung mengangguk, karena pikiranku sudah kotor saja. Dan ternyata benar, dia mengajakku berkencan dengan syarat aku harus 100% mengikuti gaya permainan yang diinginkannya. Dan di sore harinya saat kami berdua harus menunggu jadwal berikutnya di malam hari, Rina langsung mengajakku mencari motel terdekat dengan menggunakan mobilnya.
“Pake mobilku aja yah Di..?” pintanya.
Dan aku bilang, “Enaknya kamu aja deh, Rin.”
Kami pun langsung meluncur ke salah satu motel di Jakarta dekat lokasi syuting, namun yang membuatku kaget, begitu sampai di garasi dia langsung membuka bagasi dan mengeluarkan dua gulung kain putih.
Melihat wajahku yang kebingungan, dia bertanya, “Kamu ngga berubah pikiran, kan..?”
Singkat kata, aku pun sudah berbaring di tempat tidur hanya menggunakan CD, dan dalam keadaan kedua tangan dan kaki terikat dengan kain yang dibawanya tadi. Dia pun tanpa buang banyak waktu langsung membuka seluruh bajunya, tinggal BH dan CD yang berwarna biru muda berenda-renda yang masih menempel di tubuhnya.
Kemaluanku yang memang sudah tegang sejak di perjalanan seakan ingin mencuat keluar dari CD. Namun anehnya, dia tidak menyentuhku sama sekali, hanya memainkan kedua payudaranya dan mendesah sendiri. Tidak lama kemudian dia mencopot BH-nya, dan waauuw.., bentuk payudaranya indah sekali (saya tidak tahu ukurannya, karena memang bagi saya bentuk lebih utama daripada ukurannya).
Dia pun terus memainkan kedua payudaranya, lalu berkata pelan, “Sekarang saatnya laki dipake perempuan.”
Aku hanya diam, dan akhirnya kupejamkan mata, karena itu yang dia minta dari awal, kupikir akan kuikuti saja permainannya. Dia pun mulai meraba dan mengelus seluruh tubuhku dan meremas-remas kemaluanku, agak sakit sebenarnya tapi tidak kuperlihatkankan agar dia dapat menikmati sepuasnya. Beberapa menit berlalu, aku pun menikmatinya, dan akhirnya kudengar seperti suara CD yang dilepaskan, dan dia pun semakin menaiki tubuhku. Karena penasaran, aku pun mulai sedikit membuka mata, kulihat dia menyodorkan kemaluannya di depan wajahku, dan memintaku menghisapnya. Aku pun menghisapnya tanpa rasa jijik, karena aku hanya menemukan aroma harum kemaluan wanita yang terjaga kebersihannya.
Beberapa saat kemudian, terdengar dari mulutnya yang dari tadi diam seribu bahasa desahan, dan kemaluan Rina sudah sangat basah sekali, bukan karena ludahku, tapi pasti karena dirinya sudah sangat terangsang. Namun kurasakan ada benda dingin menempel di pahaku, ternyata Rina hendak menggunting CD-ku, mungkin karena sulit melepaskan dalam keadaan aku terikat kuat begini. Kemaluanku yang sudah agak pegal karena dari tadi tegang terus, kini agak lega karena sudah tidak tertahan CD lagi. Rina pun langsung menempelkan ujung barangku di depan kemaluannya, dan kali ini terdengar desahannya lebih keras dan lebih lepas lagi.
Perlahan tapi pasti, Rina mulai menurunkan pantatnya, dan memasukkan barangku lebih dalam lagi. Kenikmatan yang amat sangat yang kurasakan ini seakan tidak ingin kukeluarkan barangku dari kemaluannya. Dia pun sambil mendesah dengan nafas yang terengah-engah terus menekan hingga habis barangku ditelan kamaluannya.
Walau dalam keadaan terdiam, aku dapat merasakan kehangatan dan denyut kenikmatan di dalam kemaluannya. Lalu Rina pun mulai mengangkat sedikit pantatnya, dan mulai menggoyang-goyang, semakin lama semakin kencang namun bukan kenikmatan tapi sakit yang kurasakan, barangku seakan mau patah. Gerakannya hanya berlangsung semenit, Rina langsung roboh terkulai lemas mencapai klimaksnya, dan banyak sekali cairan yang keluar dari kemaluannya yang seakan tidak melakukan hubungan seks selama bertahun-tahun.
Rina langsung berdiri, melepaskan barangku, dan langsung menuju kamar mandi tanpa memperdulikan aku yang belum mencapai orgasme. Lagipula pikirku aku tidak akan mencapai klimaks dengan cara yang menyakitkan tersebut.
Beberapa saat kemudian, Rina kembali dari kamar mandi dan membersikan barangku dengan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat dan dalam keadaan diriku masih terikat. Dia mulai menciumiku dan seluruh tubuhku tanpa satu centi pun yang terlewat, dan kini dia menghisap barangku dengan kuat sekali seakan ingin ditelannya sampai habis. Beda sekali Rina yang tadi dengan yang sekarang penuh kehangatan, walaupun dia belum melepaskan ikatanku. Dia memperlakukanku lebih halus dan lebih merangsang, namun tampaknya kali ini dia sangat bernafsu dan ingin segera memasukkan barangku ke dalam kemaluannya. Tanpa susah payah barangku pun telah masuk, dan kali ini sangat basah kurasakan di dalam kemaluan Rina. Dia pun langsung menaikkan dan menurunkan pantatnya, manggoyangnya berputar-putar.
Saat itu hanya kenikmatan tiada tara yang kami rasakan berdua, dan hanya dalam waktu 2 menit Rina sudah mencapai klimaks dan jatuh tergeletak di dadaku. Dan Rina segera menggunting ikatanku, dan memintaku segera menyetubuhinya.
“Hajar aku Di, siksa aku sampai pingsan..!” katanya sambil membuka lebar-lebar kedua kakinya hingga tampak kemaluannya yang sangat merah dan basah berlendir.
Aku pun langsung menyetubuhinya dalam keadaan telentang, tengkurap (doggy), miring dan kedua kaki disilangkan.
Rina pun mencapai orgasme dalam setiap gaya tersebut, sampai akhirnya aku sudah tidak sanggup menahan kenikmatan.
Kuberitahu Rina bahwa aku akan keluar, dia pun berkata, “Iya Di, keluarin.., keluarin yang banyak, aku juga mau keluar nih..! Ohh Aldi, aku sayang kamu..”
Aku pun mempercepat genjotanku, tapi herannya Rina sudah orgasme tapi aku belum walaupun sudah kurasakan di ujung barangku. Dan sekitar tiga menit kemudian, barulah aku menyemburkan sperma yang menyemprot sampai tujuh kali. Ohh, memang ini salah satu orgasme-ku yang terbaik.
Setelah itu kami pun bersama-sama ke kamar mandi untuk bilas, dan kami pun berpelukan erat dan melakukannya lagi di wastafel kamar mandi. Sambil berdiri, kusenderkan Rina di tembok, lalu sambil berjalan menuju sofa, dan berakhir disana. Dan mungkin karena lengkungan sofa, hingga membuat barangku terbenam seluruhnya mentok yang kurasakan di ujung anuku, dan kulihat Rina pun menggeliat dan menggelinjang hebat disana.
Saat kembali ke lokasi syuting, kami tidak langsung turun dari mobil, karena katanya ada masalah penting yang ingin dibicarakannya denganku. Akhirnya Rina mengaku bahwa temannya Rini yang pernah datang ke lokasi syuting itu adalah pasangan lesbinya. Mereka sudah berpacaran selama sebelas bulan. Rina yang katanya sempat membenci laki-laki, lebih dulu membujuk Rini yang pernah ditiduri pacarnya sekali untuk membuktikan cintanya sebelum cowok itu berangkat sekolah di luar negeri, dan ternyata disana dia punya cewek lain. Dalam hati aku berkata, masih ada saja cewek yang dapat dibohongi dengan cara begitu.
Rini pun berhasil dibujuk Rina untuk tidak menyukai laki-laki lagi, dan mereka sepakat untuk menjadi sepasang kekasih. Dan Rina meminta bantuanku yang dianggapnya tepat untuk meyakinkan ke Rini bahwa berhubungan seks dengan laki-laki tidak sesakit yang pernah Rini rasakan pertama kali sebelumnya.
Dan sampailah suatu hari di kamar Rina, Rini dalam keadaan terikat dengan mulut tersumbat rapat dengan alasan Rina ingin mencoba suasana baru, dan Rini menurut saja. Padahal aku masuk dan membuat Rini merasakan kenikmatan berhubungan seks yang sesungguhnya.
Setelah Rini sudah dalam keadaan terikat kuat, Rina keluar meninggalkan kamar. Aku pun langsung masuk dan menutup pintu kamar dengan rapat. Dapat kulihat ada pancaran kaget dan takut pada wajah dan tatapan mata Rini, aku pun iba dan tidak tega melihatnya, tapi kepalang basah dan aku sudah berjanji kepada Rina untuk menolong mereka untuk berhubungan kembali dengan laki-laki. Aku pun bertekad dalam hati bahwa aku harus berhasil. Aku berpikir tidak mungkin berhasil dalam hubungan pertama, karena dia baru sekali melakukan hubungan seks, dan itu sudah lama berlalu, tentu lubang kemaluannya sudah rapat kembali.
Dengan wajah ketakutan, Rini memperhatikan setiap gerak-gerikku, dan membuatku sedikit gerogi. Aku pun mulai mengusap-usap kakinya dan bagian dalam pahanya, lalu kucium kering (tanpa lidah) seluruh tubuhnya. Rini yang tadinya meronta-ronta hingga pergelangan tangan dan kakinya agak memerah mulai mengurangi pemberontakannya, entah karena sakit, capek atau dia tahu kalau aku tidak bermaksud menyakitinya. Sambil kucium, kuremas pelan payudaranya dan kulepas BH-nya.
Kuperhatikan bulu halusnya mulai berdiri, kupikir aku mulai dapat meningkatkan seranganku. Kumainkan payudaranya dengan dua jari tangan kiriku, sedangkan tangan kananku mulai mengelus kemaluan Rini dari luar CD-nya. Aku pun sempat terperangah mendapatkan putingnya yang mulai mengeras. Bertambah sedikit keyakinanku bahwa segalanya akan berjalan lebih mudah dari yang kubayangkan pertama. Setelah kugesekkan jari-jariku di belahan pangkal pahanya, kulihat cairan vagina Rini mulai becek dan tembus di CD-nya. Aku pun memberanikan diri menyelipkan jariku untuk meraih klitorisnya, dan seperti yang kubayangkan sebelumnya, ternyata memang Rini sudah terangsang habis.
Karena lupa minta gunting sama Rina, dengan susah payah kutarik putus CD Rini. Dan kuperhatikan nafas Rini mulai tidak teratur, dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Kujilati kemaluan Rini dan kuhisap klitorisnya secara terpisah (cara ini kudengar dari pembicaraan orang dewasa waktu saya masih SMP, katanya disebut Indian Style).
Pantat Rini bergerak naik turun, sekarang bukan hanya dadanya, tapi seluruh tubuhnya bergetar dengan kuat. Tidak lama kemudian keluar cairan hangat dari dalam kemaluan Rini, dan getaran tubuhnya melemah. Kini kuhisap kering payudaranya, namun saat kutatap matanya Rini memejamkan matanya, padahal aku tahu kalau dia selalu mencuri kesempatan untuk menatapku. Kuusap lagi kemaluannya dan kupijat-pijat kecil di sekitar pangkal pahanya, dan ternyata tanpa membutuhkan waktu lama, Rini mulai menikmati sentuhan-sentuhanku di tubuhnya.
Kini mulutku kembali bergerilya di selangkangannya, dengan menjilat dan menghisap klitorisnya secara terpisah. Ketika kurasakan tubuh Rini mulai bergetar lagi, kupikir inilah saatnya memasukkan barangku tanpa Rini harus merasakan sakit. Aku pun bangun dan siap untuk menggagahinya. Dan ketika barangku sudah di mulut kemaluan Rini, kulihat Rini masih dalam keadaan terbungkam mulutnya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tapi kemudian dia memejamkan matanya lagi dan membuang wajah. Aku pikir ini penolakan basa-basi, langsung kuhujamkan barangku ke dalam kemaluan Rini tanpa hambatan yang berarti. Dan mulai kumaju-mundurkan barangku, tapi kurasakan vagina Rini sangat basah dibandingkan dengan Rina.
Dan dalam waktu yang singkat, aku langsung merasakan bahwa aku akan orgasme.
Dengan santainya kukatakan pada Rini, “Rin, aku mau keluar..”
Kulihat Rini menggelengkan kepalanya lagi, dan aku benar-benar tidak tahu maksudnya apa, tapi ada bekas air mata mengalir yang belum dilap, dan aku tidak tahu kapan keluarnya, namun tubuh Rini mulai bergetar lagi dan sepertinya dia mencapai klimaks berbarengan dengan aku. Aku tidak tahu apa aku terlalu bernafsu hingga permainan yang, “sebenarnya” hanya berlangsung sekitar tiga menit. Namun saat kucabut, aku masih melihat lendir kemerah-merahan bercampur darah yang keluar dari kemaluan Rini.
Aku keluar kamar, dan mendapatkan Rina yang sedang menunggu dengan wajah cemas.
Rina pun bertanya, “Gimana Di, sukses..? Rini gimana..?”
Kubilang lumayan tapi memang harus dua kali baru sempurna. Aku pun pamit untuk segera kembali ke kamar. Aku mulai menciumi Rini lagi yang masih dalam keadaan terikat dan mulut tersumpal. Namun karena kurasakan barangku sudah mengeras, langsung saja kutempelkan kepala barangku ke vagina Rini, lalu kugesekkan di klitoris dan sekitarnya, Rini pun tampak kegelian.
Kami sempat terkaget karena pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan Rina masuk ke dalam, mungkin karena melihat tidak ada tanda-tanda marah atau kebencian di mata Rini. Rina membuka sumpalan mulut Rini dan mereka pun berciuman. Namun hanya sebentar, dan Rina melepaskan ikatan Rini. Rina mendorongku hingga tidur telentang, lalu mulai mengulum penisku, dan Rina melakukannya dengan sangat baik. Tanpa disuruh, Rini menibanku dan mulai menciumi bibirku, kami pun berciuman. Dan Rina melepaskan kulumannya, lalu memanggil Rini agar memasukkan penisku dangan menjongkokiku.
Dengan bantuan, Rina memegang pinggul Rini, mengangkat dan menurunkannya lagi sehingga gerakannya menjadi teratur, mereka pun berciuman lagi. Tidak lama kemudian Rini mencapai klimaks dan jatuh terbaring di sebelahku.
Rina segera menghampiri dan berkata, “Aldi, giliranku kapan..?”
Tanpa menunggu jawabanku, Rina langsung melebarkan kangkangannya, dan melesakkan penisku ke dalam vaginanya yang hangat merangsang dan basah itu.
Setelah Rina selesai, kemudian Rini lagi, lalu terakhir ditutup dengan Rina. Selesai sekitar jam sebelas malam, kami keluar untuk beli makan di mobil, lalu kembali ke rumah Rina yang memang tinggal sendiri di Jakarta, dan kami bertiga melakukannya lagi sampai jam setengah empat pagi tapi sulit saya ceritakan disini.
Diantara beberapa pengalaman saya, ini adalah cerita yang cukup berkesan bagi saya, dan patut untuk dibagi bersama pembaca lain. Saya menulis ini juga karena tergerak setelah membaca pengalaman-pengalaman lainnya yang dibagikan kepada pembaca. Untuk Rina dan Rini, maaf kalau waktu itu aku sempat menghilang (ganti nomer handphone), karena punya pacar yang cemburuan, tapi kalau sampai membaca cerita ini, tolong email aku. Kalau mungkin kita dapat bernostalgia lagi.

Cerita Sex dewasa seorang guru rossa


Baca cerita sex dewasa terus ke mobile  Rosa telah menikah dengan pria bernama Suhendra yang pekerjaannya adalah teknisi di pengeboran minyak lepas pantai milik perusahaan asing yang hanya bisa pulang 5-6 bulan sekali.
Rosa bertekad memulai profesinya sebagai High Class Call Girl saat ia tahu melihat bukti bahwa suaminya main belakang, selama bekerja di lepas pantai Suhendra suka membawa gadis-gadis nakal. Hal ini ia ketahui dari teman suaminya yang mempunyai dendam terhadapa suaminya, teman suaminya itu menunjukan beberapa foto hasil jepretannya sendiri yang berisikan foto suaminya sedang memluk dan mencium mesra gadis-gadis nakal.
Rosa memulai kariernya di bidang pelacuran kelas tinggi dengan memasang sebuah iklan di koran, begini bunyi iklannya “Massage Maria, cantik dan berpengalaman menerima panggilan hub. 08656565656 dengan nama samaran Maria maka dimulailah petualangan terlarang Bu guru kita ini.
SMS mulai mengalir ke handphone Rosa yang berisikan panggilan panggilan tapi ada juga SMS yang berisikan kalimat-kalimat porno, Rosa tidak menanggapi semua SMS itu karena hal itu akan membuang waktu saja begitu juga dengan percakapan dengan calon-calon kliennya semua gagal mencapai kata sepakat. Karena harga yang ditetapkan oleh Rosa sangat tinggi yaitu 1,5 juta sekali datang, tentu saja jarang yang berani memboking Rosa. Sampai suatu saat ada panggilan HP yang masuk saat ia mengajar di kelasnya.
“Permisi anak-anak ibu mau terima telpon dulu jangan ramai ya!”kemudian Rosa berjalan keluar kelas dan menerima panggilan itu.
“Hallo Maria? ” terdengar suara berat seorang lelaki0
“Ya dengan siapa Pak? ”
“Berapa tarif kamu semalam? ”
“1,5 juta bayar di muka, tidak kurang dari itu ”
“Ok done deal, kita ketemu di Kafe Bon Ami, Darmo Selatan jam 18.30 nanti malam sampai disana langsung miss call aku ya bye ..tut tut tut”
Dalam hati Rosa merasa berdebar dan aneh karena ini adalah pertama kalinya ia akan mendapatkan panggilan serius dan anehnya orang tersebut tidak menawar harga yang ia ajukan, Rosa termenung memikirkan telepon yang baru saja ia terima sampai seorang muridnya menegur “Bu, Ibu sakit ya? ” tanya seorang muridnya. “Oh nggak apa-apa kok, ayo masuk lagi” sambil memegang pundak muridnya.
Setelah selesai mengajar Rosa segera pulang dan mempersiapkan diri, ia mandi dan berdandan secantik mungkin tapi tidak menor, dengan mengenakan gaun malam warna hitam yang anggun, Rosa berangkat ke Bon Ami menggunakan taksi. Rasa berdebar semakin menjadi saat ia memasuki kafe dan dengan tangan sedikit gemetar ia memanggil no. HP lelaki yang tadi siang menelponnya segera saja terdengar bunyi handphone di pojok ruangan yang rupanya sengaja di taruh di atas meja oleh pemiliknya.
Mata Rosa memandang ke arah sumber bunyi tersebut dan melihat lelaki berumur 45 tahun keturunan cina dengan pakaian necis dan berkacamata minus yang melambaikan tangan seolah olah sudah mengenal dirinya.
“Hi Maria, silahkan duduk disini ”. Ujar lelaki itu sambil berdiri menjabat tangan Maria yang tak lain adalah nama samaran Rosa.
“Ok kita makan dulu atau langsung pergi nih? ” tanya lelaki itu.
“Kita bisa langsung pergi setelah pembayaran dilakukan ” ujar Rosa ketus
“Wow santai saja non jangan takut ini aku bayar sekarang”. Sebuah amplop coklat disodorkan dan langsung dibuka dan dihitung oleh Rosa
“Ok 1,5 juta kita berangkat, omong omong nama bapak siapa ” tanya Rosa
“Teman-teman memanggil aku A Cun, yuk berangkat ”.
A Cun menggandeng tangan Rosa dengan mesra seperti istrinya sendiri.
Dengan menggunakan mercy new eyes, A Cun membawa Rosa meninggalkan kafe dengan santai tapi pasti mobil dibawa menuju ke arah daerah perumahan elit di daerah Dharmahusada. Ketika sampai di depan sebuah rumah mewah dengan pagar tinggi A Cun membunyikan klaksonnya, pagar besi itu terbuka secara otomatis meskipun tidak tampak orang di halaman rumah mewah itu, setelah mobil masuk sampai di teras rumah seseorang dengan seragam batik berlari kecil menghampiri mobil.
“Selamat datang Koh A Cun “sambil membukakan pintu mobil.
“Yang lainnya sudah pada kumpul toh, Yok? ” tanya Koh A Cun pada lelaki berseragam itu
“Sudah Pak, silahkan Pak ” kata petugas yang bernama Yoyok ini .
Mobil A Cun segera dibawa untuk di parkir oleh yoyok yang rupanya bertugas sebagai valet service. Acun dan Rosa langsung masuk ke dalam rumah mewah itu
“Ini rumah Koh A Cun ” tanya Rosa kagum melihat ruang tamu yang besar dan dipenuhi barang mewah
“Oh bukan, ini rumah perkumpulan semacam klub bagi kami untuk melepas kepenatan” ucap Koh Acun seraya membuka pintu ruang tengah yang di dalamnya berisi 3 orang lelaki dan 3 perempuan.Di ruangan itu tersedia 5 kasur king size, 2 meja biliard, 3 set sofa mewah dan sebuah mini bar yang tertata apik serasi dengan ruang yang relatif besar itu, dari suasana ruangan sudah dapat diperkirakan bahwa ruangan ini sering di pakai sebagai ajang maksiat.
“Hoi Cun, lama sekali kamu, dapet barang baru ya?” tanya seorang lelaki cina berumur 56 tahun yang di panggil Koh A Liong.
“Ah nggak enak ah ngomong gitu di depan orang ” elak A Cun
“Koh A Cun, mending kamu kasih Mbak ini buat aku saja, kamu pake saja salah satu SPG yang aku bawa” ucap lelaki berbadan gemuk besar dan berkulit sawo matang yang dipanggil dengan panggilan Pak Angkoro.
A Cun mengamati SPG yang ditawarkan padanya, diantara tiga SPG itu ada satu yang paling menarik hatinya yaitu Lyvia Go. SPG berumur 21 tahun berdarah cina dengan tinggi 168 cm dan berat 48 kg berwajah mirip Ineke, dengan penampilannya yang mengenakan rok super mini dengan atasan kemeja ketat nan tipis membuat A Cun tak mampu menolak tawaran Pak Angkoro.
“Ok deh, Pak Angkoro boleh ambil Maria, saya pinjam Lyvia ” sahut acun sambil langsung menarik pinggang Lyvia dan mereka berdua melakukan deep kissing yang sangat panas sampai terdengar lenguhan lenguhan nafas mereka.
Lyvia yang diciumi dengan ganas segera membalas ciuman itu sambil membuka kancing kemejanya yang seakan tak muat menampung payudaranya yang montok. Dengan rakus Koh A Cun memelorotkan BH Lyvia dan menghisap puting berwarna coklat muda itu, sambil bercumbu tangan Koh Acun bergerak melingkar pinggang Lyvia dan melepas kait rok mini dan meloloskan rok itu turun sehingga kini Lyvia Go hanya mengenakan BH yang sudah tidak menutupi payudaranya dan sebuah celana dalam berwana putih berenda tipis yang sangat seksi sekali melekat di tubuhnya yang putih bak mutiara. Dengan sekali angkat tubuh Lyvia Go dibawa Koh ACun menuju ranjang terdekat, lalu menelentangkannya sambil meloloskan celana dalam seksi itu dari tempatnya sehingga tampaklah kemaluan Lyvia yang sudah dicukur bersih, tanpa membuang waktu A Cun segera menjilat dan menusuk nusukkan lidahnya ke dalam vagina Lyvia yang diikuti dengan erangan nikmat dari Lyvia.
“Ahh, aduh enak Koh, dasyat aargh ”
“Enak ya Go? Kamu sudah berapa kali ngeseks selama jadi SPG ” tanya A Cun sambil mengocok vagina Lyvia dengan dua jari sambil terkadang menggosok kelentit mungil itu dengan jempolnya.
“Ini yang ke tu..juh aah hi hi hi aduh geli Koh ”
“Yang pertama ama siapa ” selidik A Cun mencari cari daerah g-spot dengan ujung jarinya
“Yang pertamaa, aduh yah yah aauh disitu Koh enak, yang pertama sama Pak Angkoro di WC showroom aah”
Untuk mengakhiri pemanasan ini maka A Cun menempelkan lidahnya di kelentit Lyvia, kemudian menggeleng-gelengkan dan memutar-mutar kepalanya dengan lidah tetap menempel di kelentit. Menerima rangsangan dasyat itu tubuh Lyvia melengkung bagai busur panah yang siap melesatkan anak panahnya.
“Aduh Koh A Cun, aargh masukin sekarang Koh jangan siksa aku lebih lama lagi hm? “.
Melihat Lyvia sudah terangsang berat maka Koh A Cun segera menghentikan permainan oralnya dan melepas bajunya sendiri dengan cepat, Lyvia yang melihat Koh A Cun melepas bajunya kagum melihat badan Koh Acun yang berotot, dadanya yang bidang dan perutnya yang terbagi 8 kotak sangat seksi di mata Lyvia yang biasanya melayani Pak Angkoro yang gendut. Semakin bernafsu untuk segera bersetubuh maka Lyvia Go membantu melepas celana Koh A Cun dan betapa kagetnya Lyvia Go ketika celana itu merosot langsung nongol benda sepanjang 16.5 cm (wah ternyata Koh A Cun tidak pakai celana dalam loh, tapi dengan tidak memakai celana dalam juga sangat baik bagi kesuburan pria kata Pak dokter).
Dengan posisi kaki yang di buka lebar lebar, Lyvia menanti Koh Acun sambil tangan kanannya menggosok gosok klitorisnya sendiri, Koh Acun mengambil posisi di tengah tengah kaki Lyvia yang terbuka lebar dan mengarahkan penisnya di muka pintu gerbang kewanitaan Lyvia.
“Aku masukin ya Lyv?”
“Sini kubantu Koh ” Lyvia memegang penis A Cun dan mengarahkannya ke liang senggamanya
“Seret banget ya Lyv, jadi susah masuk nih”
“Koh jangan bercanda melulu ah, kapan masuknya?”
“Ya udah nih rasain Lyv”
“Aauh aah aah pelan dikit Koh ”
Akhirnya pelan tapi selamat, penis Koh A Cun amblas ke dalam vagina Lyvia dan permainan kuda kudaan khusus dewasapun dimulai, Koh A Cun memaju mundurkan pantatnya dengan tempo sedang sambil memegang kedua betis Lyvia sebagai tumpuan tangannya.
Beralih ke ibu guru kita yaitu Rosa Maria yang cuma bengong melihat permainan permainan liar di sekelilingnya.
“Wah suasananya panas ya? ” Pak Angkoro menegur Rosa Maria yang bengong
“Ah nggak juga Pak, kan ada AC” balas Rosa risih
“Nggak panas gimana, coba kamu lihat orang orang itu pada telanjang ngapain coba?”
“Eeng eeng gimana ya Pak ”
“Eng eng eng apa, ayo lepas bajumu, kamukan sudah di bayar toh? ”
Rosa merasa harga dirinya diinjak-injak, di dalam hati Rosa Maria berkata “Aku adalah seorang guru yang dihormati dan disegani oleh anak didik dan rekan sekerjaku kenapa demi dendam pada suami aku harus menjerumuskan diriku ke dalam lembah nista tapi sudah terlambat”, air mata mulai menetes di pipi Rosa.
“Wah, kok malah nangis iki piye? Waduh!!” Pak Angkoro mengelus-elus perutnya yang besar karena bingung.
“Nggak Pak, ayo kita mulai aja permainan ini ” Rosa mengusap air matanya.
“Ya gitu dong, itu baru semangat profesional jangan nangis lagi ya ”
Rosa membuka gaun malamnya dengan pedih dan rasa hampa, demikian juga Pak Angkoro beliau membuka seluruh pakaiannya memperlihatkan tubuhnya yang gemuk dan hitam.
“Sini Ros, bapak akan membuat kamu melayang layang ” pangil Pak Angkoro
Rosa yang masih malu dan canggung menutup tubuhnya yang bugil dengan tangannya sedapat mungkin sambil melangkah ke arah Pak Angkoro
“Wah kok malu malu gitu, jangan kuatir Ros bapak nggak akan kasar kasar sama kamu “, Pak Angkoro memandang tubuh Rosa dari atas ke bawah. Jakunnya naik turun memandang tubuh Rosa yang menggiurkan, kulitnya yang kuning langsat bagai kulit putri kraton meskipun tidak seputih Lyvia tapi pancaran erotik dari mata Rosa bagai sinar pancasona pusaka tanah jawa. Dan cara gerak Rosa Maria sungguh membangkitkan gairah, keayuan khas gadis jawa terpancar dari setiap lekuk tubuhnya dan terutama payudaranya yang berwarna kuning gading sungguh mengundang birahi lelaki manapun yang melihatnya.
Dengan lembut Pak Angkoro meletakan kedua telapak tangannya di atas payudara Rosa dan mulai memijat lembut sambil perlahan ia melekatkan bibirnya ke bibir Rosa yang sensual di lumatnya bibir Rosa, semakin lama semakin panas sampai kedua tubuh itu seolah menjadi satu, Pak Angkoro melingkarkan tangannya ke pinggang Rosa dan menariknya sampai lekat pada tubuhnya dan mencumbu Rosa dengan penuh nafsu. Dihisap dan dimasukannya lidahnya kedalam relung relung mulut Rosa sehingga mau tak mau Rosa membalas pagutan-pagutan liar itu. Hasrat kewanitan Rosa benar-benar dibangkitkan oleh Pak Angkoro yang berlaku seperti kuda jantan dan mendominasi seriap permainan ini. Rosa mulai merasakan hawa panas naik dari dadanya ke ubun-ubun yang membuat Rosa semakin tak berdaya melawan hawa maksiat yang begitu kental dalam ruangan ini sehingga akhirnya Rosapun terlarut dalam hawa maksiat itu.
“Ros aku minta dioral dong ” sambil menyodorkan penis hitamnya yang berdiameter 5 cm dengan panjang 14 cm.
“Nggak ah Pak, jijik saya! ih! ”
“Wah kamu kudu profesional Ros, kalau kerja jangan setengah-setengah gitu dong, gini aja kamu tak oral kalau sampai kamu orgasme berarti kamu kudu ngoral aku yah? ”. Belum sempat Rosa menjawab Pak Angkoro telah menyelusupkan kepala diselangkangan Rosa dan mulai melancarkan segala jurus simpanannya mulai dari jilat, tusuk sampai jurus blender yang memnyapu rata seluruh dinding permukaan vagina Rosa sehingga dalam waktu 7 menit Rosa sudah di buat kejang-kejang.
“Oooh Pak oouh oh pa..ak” Rosa meregangkan ototnya sampai batas maksimal.
“Tuh kamu udah orgasme, nggak bisa bohong sekarang giliranmu” ucap Pak Angkoro senang.
Pak Angkoro menarik kepala Rosa dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang penisnya sendiri sambil mengocok ringan, setelah mulut Rosa dalam jangkauan tembak Pak Angkoro segera menjejalkan penisnya ke dalam mulut Rosa. “Ayo dong Rosa” Pak Angkoro menyuapkan penisnya seperti menyuapkan makanan pada anak kecil, setelah penisnya berada dalam mulut Rosa maka dengan menjambak rambut Rosa Pak Angkoro memaju mundurkan kepala Rosa.
“Ehm ehm Pak Angko.. ehm ehm” Rosa berusaha berbicara tapi malah tersenggal senggal
“Udah diam aja deh Ros jangan banyak bicara emut!”. Setelah lima menit berjalan Rosa akhirnya secara mandiri mengulum ujung penis Pak Angkoro, sementara tangannya mengocok dengan kasar pangkal penis Pak Angkoro.
“Yes gitu Ros, wah kamu lebih hebat dari istriku loh, mau gak kamu jadi gundikku?” Pak Angkoro berbicara ngawur karena keenakan dioral Rosa. Merasa jenuh dengan permainan oral akhirnya Rosa meminta untuk bercinta.
“Udahan dong Pak, kita ngesks yang bener aja ya?” tanya Rosa dengan halus. “Ok, kamu yang minta loh”.
Pak Angkoro menarik Rosa yang tadinya mengoral dia dalam posisi jongkok menuju meja biliard dan menyuruh Rosa menumpukan kedua tangannya menghadap meja bilirad sementara Pak Angkoro yang berada di belakang Rosa mengatur posisi sodokan perdananya.
“Ros nungging dikit dong, ya gitu sip!” Pak Angkoro mengelus pantat Rosa yang bahenol kemudian mengarahkan senjatanya ke vagina Rosa.
“Aaouh Pak Angkoro, pelan Pak sakit penisnya bapak sih kegedean ” ucap Rosa setengah meledek.
“Wah kamu itu muji apa menghina Ros? mungkin vaginamu yang kekecilan Ros” Pak Angkoro membalas ejekan rosa dengan menarik pinggul Rosa ke belakang secara cepat maka amblaslah seluruh penis Pak Angkoro.
“Auuw gede banget, aauw aah ” Rosa mulai menggoyang pinggulnya berusaha menyeimbangi goyangan Pak Angkoro.
Pak Angkoro membenamkan penisnya dalam-dalam dengan menarik pinggul Rosa kebelakang, dengan penis masih tertancap di vagina Rosa kemudian Pak Angkoro memutar pinggulnya membentuk lingkaran sehingga penis yang didalam vagina Rosa menggencet dan menggesek setiap syaraf syaraf nikmat di dinding vagina.
“Aauh, Rosa keluar ahh” Rosa mengalami orgasme yang menyebabkan setiap otot di tubuh Rosa mengencang sehingga tubuhnya kelojotan tidak terkendali.
“Loh Ros, kok sudah KO, belum 10 menit kok udah orgasme wah ini kalau cowok namanya edi, ejakulasi dini kalau kamu berarti menderita odi orgasme dini, ayo terusin sampai aku keluar juga ”.
Pak Angkoro mengganti posisi bersenggama dengan mengangkat tubuh Rosa dan menidurkannya di meja biliard. Kemudian kaki rosa dibentangkan oleh Pak angkoro lebar-lebar dan dengan kekuatan penuh penis besar itu menerjang mendobrak pintu kewanitaan Rosa, sampai-sampai klitorisnya ikut tertarik masuk, Rosa yang masih dalam keadaan orgasme makin menggila menerima sodokan itu sehingga secara refleks rosa mencakar bahu Pak Angkoro.
“Oouchh Rosa kamu ini apa-apaan sih, kok main cakar-cakaran segala?”
“Oouh aash sorry, abis rosa nggak tahan sih ama sodokannya Mas yang begitu perkasa” bujuk rosa agar Pak angkoro tidak marah.
“Jangan cakar lagi ya, kalo tidak rasain ini” Pak Angkoro menggigit puting Rosa dengan lembut tapi sedikit menyakitkan.
“Aauw nakal deh” ucap rosa sambil menggoyangkan pinggulnya sendiri agar penis Pak Angkoro tetap menggesek dinding vaginanya.
Dalam waktu singkat Rosa yang mula-mula seorang guru telah berevolusi menjadi pelacur kelas tinggi yang benar benar profesional baik dari kebinalan maupun ucapannya, semua sudah berubah Rosa kini benar benar seorang pelacur sejati.

Koleksi Cerita Sex Dewasa Terbaru Indonesia



Baca cerita sex dewasa terus ke mobile di http://ceritadewasa.prohost.mobi dan http://ngentot.prohost.mobi

Cerita Dewasa Terbaru